Minggu, 30 November 2008

Silly Day

Rata KananWell,...
Ehem...
Daftar kekonyolan hari ini:
  1. 1. W niat mw beli sepatu NB. W tw biasany hargany 25rbuan kalo d Munjul. Tapi ternyata pas w tanya ma penjual d Psr Cilngsi, hargany 45rb! Waduh! Jujur ja, w paling ga bisa nawar. Jadi w malah nanya, "40 aja deh." Dikasih. Pas w bilang ma Tante w yg nganterin {pas w bayar sepatu dy lg liat" baju}, dy langsung ngomel-ngomelin w di dpan pjual baju gtu. Diulang mulu lagi ngomelnya. Ugh. Jadi malay w.
  2. 2. W memutuskan: mending w ndirian aja beli sabun n yg lain" wat PKL coz w mw nginep d oz sodara tmen w drpd ma Tante w. Nah, sisa duit wat bli sepatu, seragam, ma kaos kaki tu tggal 25rbu. Kebetulan d dkt humz ada indomaret baru. Kesitulah w. W mikir, kira" 25rbu cukup wat beli pa ja. Oke, w pilih sabun cair yg dbwh 5rb, odol yg dbwh 4rb, n sikat gigi yg dbwh 2rb. Nah, duit w sisa. Kebetulan w liat casablanca cuma 10.600 duan. W embat ja. Pas w bayar dkasir tnyta total harga 25.500! Waduh, duit w cuma kurang gope! Sial! W buru" bilang kalo casablancany ga jadi. Eh, ga tauny dy malah bingung gmna cra cancel d komptr kasir. Payah! Tw ga? Pas dy ngembaliin duit w, tnyta kembalianny 15.500! Brarti w bsa dun bli casablanca. Indomaret baru yg aneh...
  3. 3. W udah siap d mez mw brgkt k humz sodara tmen w yg lokasiny dket RS. Polri {tempat w PKL}. N trnyta da Melinda, tmen skamar w. Dy bwa sodarany n dianterin pake mobil. N dy nawarin supaya w ikut ja ma mrka. Asyik! Trus, w nyamperin tmen w yang dkamar 1, namany Diah, tmen w yg berbaik hati menyiapkan tumpangan. Melinda dah smp mobil. Pas Diah mw nutup pintu, dy lgsg heboh. "Nametag w! Aduh w lupa dmana naruhny. Perasaan w dah taruh dsni dah." Yah, stiap org lupa gtu. Pasti yakin beud, perasaan-perasaan... Pdahl ma kyk w, ngeyel kalo lagi pikun. "Di rumah apa? Ketinggalan di jas alma lw? Ato malah dah dmasukin k dlm tas? Ato da di jaket lw?" w berusaha ngebantu ngingetin. Melinda {udah pd ga sabar nunggu kali y} dateng lagi n bingung. "Nggak kok! W yakin naruh di sini." Dy nunjuk kasur. Karena kelamaan nyari n qt ga enak ma sodara Mel, jd qt nyuruh dy duluan ja. Pas Mel udah jalan, Diah buka tasny n tnyta nametag dy nempel di dalem tasny! Ck! Mantebh beudz! Trz qt berusaha ngejar Mel wat nyari tumpangan. Jaaaah... Has gone... Mana w bw 2 tas 1 tentengan lg. Beuh...
  4. 4. Akhirnya, setelah memanggul beban yg sangat berat, w ma Diah smp d dpn Mal Cijantung n k oz sodarany Diah deh. Pas di sana, sumpah w canggung abis. W ga ngomong kalo ga dtny. N kalo disuruh minum wejangan ato makan, w nyuruh Diah dulu baru w ikutan. Eh, tiba" w inget! Tnyta w ga bwa jarum pentul. W bingung. Mana ujan. Takut ga s4 beli ya udah w bilang ma Diah n Diah bilang ke sodarany tu. Alhamdulillah, dkasih... Tp sumpah! W malu beud pas Diah mintain pentul wat w.
  5. 5. Akhirny, sampe jg d Kramat Jati, lokasi sbnerny dmana Diah ma w nginep. Stelah ngedengerin orientasi dari Pa Deny Diah, qt beres". Dan pas itu, w inget. Topi w ktinggalan di mez! Mana besok upacara perdana PKL. Untungny, tmen w pny 2. Thx y, Intan Fandini! Ya Allah, semoga PKL dan segalanya berjalan dgn lancar. Amin... Reaktan, met PKL y! Will miss yah all! N wat Diah n keluargany, thx so much y! Smg w kerasan. Amin!

Chapter 7: Pintu-Pintu di Dinding Batu

Aku menanti jawabannya. Dia terus menatapku tanpa bicara. Dari ekspresinya, kuterka ia tak suka dengan pertanyaanku.
"Siapa dia?" ulangku pelan.
Rama memalingkan wajah seketika.
"Orang bunian," jawabnya pada akhirnya.
"Apa itu orang bunian? Manusia? Atau penyihir? Dia bisa menghilang!"
"Cukup, Bethari!" sergah Rama jengkel. "Maksudku kau mungkin perlu istirahat. Kita akan mendapatkan banyak pekerjaan."
Rama tak menatapku. Ia hanya membuka dinding yang ternyata berupa lemari beludru.
"Tunggu. Gnane tadi bilang padaku tentang alasan kenapa aku di sini. Katanya aku di sini untuk menemukan 2 manusia? Dua bangsaku? Siapa mereka? Dan tadi kaubilang tujuan kita adalah-"
"Cukup!" bentak Rama. Sesaat kemudian situasi menjadi canggung. Apa aku salah bicara? Rama melirikku, "Maaf. Aku tak bermaksud. Sebaiknya kau istirahat. Ambil ini." Rama memberiku seprai beludru untuk tempat tidurku. "Tempatmu di samping ceruk dinding itu." Ia menunjukkan suatu tempat berbentuk panggung kecil di samping ceruk tempat ia mengunci peta rahasia kota Argyre.
Karena tak mau dibentak lagi, aku menurutinya. Aku melihatnya masuk ke dalam celah gelap di mana Tar dan Gnane sedang bermain. Bukankah ini masih siang untuk tidur? Atau ia menyuruhku tidur siang?
Meski sudah kupaksakan, aku tak bisa tidur! Konyol sekali. Walaupun beludrunya sangat lembut.
Hei!
Tadi Rama bilang ada pintu di dekat perapian. Dan jalan pintas menuju Canangium. Ada apa di Canangium? Hal ini membuatku sangat penasaran.
Maka aku bangun, berjalan pelan menuju perapian. Aku menyadari, dinding-dinding kapur ini tak hanya sekedar dinding. Aku memperhatikan perbedaan dinding biasa dengan dinding yang bisa dibuka seperti lemari beludru. Aha! Aku tahu! Ternyata tampak jelas sekali kalau dari dekat. Ada garis yang membentuk lemari dan pintunya. Dan ketika mataku memperhatikan pintu-pintu tersembunyi, aku menemukan pintu terbesar. Inikah? Aku mencoba menggeser pintu itu.
Ugh! Agak berat memang. Dan aku berusaha terus untuk mendorongnya. Ah! Berhasil! Di dalam tampak gelap. Maka aku mengambil obor di belakangku. Dan masuk!
Ternyata menutup pintu dari dalam tak terlalu sulit. Ketika aku membelakangi pintu, ternyata ada 2 lorong cukup besar untuk tiga manusia yang harus kupilih. Hei! Ini tak seperti yang kulihat di peta! Apa aku salah pintu? Ah, biarlah. Aku hanya penasaran dengan lorong batu di sekitar sini.
Tanpa obor mungkin akan membuatku tak dapat melihat apapun. Untungnya aku membawa obor. Karena obor aku bisa tahu bahwa dinding-dinding batu ini berwarna hitam pekat. Dan di sini banyak terdapat stalaktit dan stalakmit. Namun, permukaan dindingnya sangat halus tanpa ada ceruk ataupun tonjolan. Aku memilih lorong ke kanan.
Di lorong, perasaanku tak enak. Serasa ada seseorang yang sedang mengikutiku. Aku juga merasa ada orang bernafas di sampingku. Namun aku tak menemukan siapapun.
Hei! Apa mataku salah tangkap? Aku melihat sesuatu berkilat barusan di dinding. Berkilat perak. Aku menunggu. Dan ternyata mataku memang tidak salah lihat. Ada suatu bentuk yang berkilat. Tak hanya satu! Tapi banyak. Dan kilatan bentuk itu menyambar ke bentuk kilatan berikutnya.
Aku memperhatikan bentuknya. Semacam arah panah. Tapi berbentuk lekukan, seperti ular ketika merayap namun di belakangnya berbentuk garis lurus yang agak pendek. Simbol itulah yang berkilat dan berlanjut ke simbol berikutnya. Di kanan-kiri dindinglah simbol-simbol itu. Ujung simbol itu menunjuk terus ke dalam dan membuatku mengikutinya. Ketika aku berjalan cukup jauh, aku mendengar suara-suara samar.
"Aaaaaaaarggghhhh!"
- to be continued

Sabtu, 29 November 2008

Chapter 6: Dua Setan Antara Canangium dan Labirin Akik

Rama menggelar gulungan kertas lusuh yang lebar. Lalu ia mengambil tongkat kecil dan menjelaskan peta itu. Peta itu tampak sangat rumit dan seperti Labirin.
"Nah, peta ini adalah peta bangsa Gnome dan Kurcaci. Sebenarnya, selain mereka tidak diizinkan menyentuh peta ini. Karena racun terus mengancam dan mereka tahu kemampuan interaksiku dengan Parhelion, maka mereka mengizinkanku dan kau untuk melihatnya."
"Apa hubungannya denganku?"
"Karena kau, Bethari, akan membantuku. Kita harus memusnahkan racun itu. Baik! Sekarang perhatikan peta!"
Tar tidak memperhatikan. Ia malah bermain sesuatu yang tak kumengerti. Gnane mengangkat tubuh Tar! Konyol sekali. Tubuh Tar saja 10x tubuh Gnane.
"Ini," Rama menunjuk tiga gambar lorong yang pertama kali kulihat begitu aku berhenti meluncur. "Seperti yang sudah kukatakan tadi. Ini adalah tiga lorong utama. Sebelah sini," Tongkat penunjuk Rama menari di lorong utama sebelah kanan.
"Labirin Akik," selaku. "Aku masih ingat kok. Yang tengah menuju keluar ke Canangium. Yang paling kanan lorong terlarang karena menuju wilayah para kurcaci."
Rama tersenyum puas sambil menatapku. Lalu ia melanjutkan menjelaskan. "Tapi... Semua lorong ini saling berhubungan. Dan jika kau menuju Canangium tapi kau tersesat di sini," Rama menekankan pada daerah yang lorongnya membentuk simpang sepuluh. "Kau bisa salah jalan. Dan di daerah ini," Tongkat penunjuk menekankan garis tipis berbentuk angka delapan di antara Labirin Akik dan Canangium, "Daerah paling berbahaya dan paling panas karena dekat dengan perut bumi. Dan di sana semua lahan berbentuk tebing yang sangat curam. Mereka menyebut daerah ini dengan Dua Setan."
"Bagaimana kita bisa keluar jika semua lorong seperti ini?" tanyaku yang mulai ketakutan. "Kita tidak bisa tinggal di daerah ini terus. Aku mau melihat matahari."
Gnane berhenti bermain dengan Tar.
"Hei, aku tahu satu lorong yang sangat rahasia. Dan lorong itu langsung menuju wilayah Danau Bening tempat para Naiad. Tapi rahasia!"
"Tak perlu bilang kalau kau tak mau memberi tahu!" geramku.
"Dan, Bethari, ada lorong darurat yang akan membawamu langsung ke Canangium. Di belakang perapian itu. Hanya saja, ada segerombol Kurcaci usil di sana."
Rama menunjukkan satu garis tebal yang lurus dari simbol obor ke arah simbol matahari.
"Sebenarnya aku tak begitu mengerti jalur lorong-lorong ini. Aku baru saja mendapatkan peta ini dari Ketua Gnome ketika Parhelion memberitahuku. Jadi, jangan berkelian tanpa Gnane. Karena dia adalah pemandu kita."
Apa? Aku melirik kesal ke arah Gnane yang tersenyum puas. Kau tahu? Wajah Gnane sangat buruk!
"Nah, tujuan kita adalah keluar menuju Canangium yang berada di balik pegunungan beracun. Lalu menghancurkan sumber racun itu," terang Rama.
"Apa kau yakin sumber racun itu ada di pegunungan?" tanya Gnane yang ragu-ragu.
"Belum tahu pasti. Aku melihat sumber racun itu dari arah sana."
Rama menggulung gulungan peta dan menyimpan peta itu dalam tabung bambu merah yang berlukis ukiran batik yang penuh dengan seni. Lalu ia menyimpan tabung itu di dalam ceruk dinding yang ada sekat penguncinya.
Gnane dan Tar kembali bermain. Kali ini mereka masuk ke dalam celah tempat Rama mengambil makanan.
Hei! Aku teringat sesuatu.
"Kak Rama, aku baru ingat. Ketika aku baru tiba di kota Perak, ada seorang perempuan tinggi. Dia sempat memberiku peringatan. Setelah itu dia menghilang. Apa Anda tahu siapa dia?"
Rama kaget dan menatapku tajam.

Chapter 5: Gembili Panggang dan Madu Batu

Para gnome menatapku dan membuatku salah tingkah.
Aku malu sekali. Tapi wajah kota para Gnome ini membuatku terpana. Di setiap dinding batu kapur, ada ukiran seperti relief candi dan ada ukiran berbentuk tangga. Mataku menangkap beberapa gnome yang sedang mendaki ukiran tangga. Dan aku mengerti, mereka tinggal di dalam dinding batu kapur.
Nguuung!
Hei, ada lempeng logam tipis dengan kaca berbentuk balok di atasnya. Di dalam kaca itu ada beberapa gnome dan mereka menatapku. Kau tahu, lempengan logam berkaca itu terbang! Sepertinya itu alat transportasi mereka. Tak hanya satu. Banyak lempengan logam berkaca lainnya yang terbang tepat di depan telingaku!
Tar mengagetkanku ketika ia menyentuh kakiku yang telanjang. Oh, aku merasa asing sekali. Pria itu berjalan di hadapanku dan Gnane... Hei! Aku tak bisa membedakannya dengan yang lain.
Tahukah kau? Di lantai tempat aku berpijak banyak tumbuh tanaman sejenis jamur besar seperti payung yang berkilau berwarna-warni. Dan di antara jamur-jamur itu banyak berkeliaranlah para gnome. Menakjubkan sekali! Suara para Gnome tak terdengar. Mungkin karena mereka bingung aku ini siapa.
Dari sekian banyak celah di daerah lapang ini, pria yang belum kutahu namanya ini berbelok ke arah celah kiri. Di sini, ternyata celah lebih besar seukuran manusia normal. Dan di ujung celah terdapat pintu balok.
Hiruk-pikuk para Gnome tak terdengar lagi. Dan pria itu mengajakku masuk ke balik pintu balok.
"Inilah rumahku yang sebenarnya," katanya.
Bisakah kau bayangkan rumah yang berbentuk dari batu yang dilubangi? Yeah, sudah kuduga tak ada tempat yang empuk. Kursi dan mejanya dari batu yang dipahat, begitu juga dengan dua tempat tidur di sisi lainnya. Apakah aku akan bisa tidur di tempat seperti ini? Di pondokku lebih baik meski harus tidur di atas tikar dan bantal. Dan di sisi lain, ada celah gelap. Sebenarnya rumah pria ini hanya diterangi oleh 3 obor yang menempel di dinding.
"Maaf?" selaku begitu ia menutup pintunya. "Anda belum menyebutkan nama Anda."
"Hei! Dasar anak muda yang tuli! Namanya Rama. Aku sudah menyebutnya tadi," kata makhluk menyebalkan itu. Yeah tanpa kuberitahu namanya kau juga dapat menerkanya. Dia duduk di atas dinding batu yang menonjol.
Namun, dalam hatiku kini aku paham. Jadi, namanya Rama. Tar kembali manja padanya.
"Nah, Bethari, saatnya makan siang. Aku sudah memasak cukup banyak makanan hari ini." Rama memasuki celah gelap.
"Kau tahu, Nak?" tanya Gnane lagi. Aku melihat Tar yang secara diam-diam berjalan menuju celah gelap. "Kau di sini untuk menjemput satu bangsamu yang telah sembrono masuk ke wilayah kekuasaan kami."
Kini mataku langsung menatap Gnane yang sedang merapikan topi kerucutnya. "Apa maksudmu?"
"Asal kau tahu. Aku lupa sudah berapa lama kejadian itu. Ada seorang bocah laki-laki yang masuk kemari. Dia bangsamu! Ketika waktu istirahat tiba, bocah itu pergi entah ke mana. Dan beberapa waktu setelah perginya bocah itu, terjadi kematian di permukaan tanah dan racun menyebar. Tapi, tak lama datang lagi manusia yang masuk. Namun hanya sedikit gnome yang melihatnya. Aku sendiri tak melihatnya karena kabar tentang kedatangannya menyebar setelah dia menghilang. Kami sudah mencarinya tapi tak menemukannya..."
Ada apa ini sebenarnya? Aku tak mengerti sama sekali.
"Makanan datang. Hari ini ada gembili panggang dan air rempah."
Rama datang dengan membawa nampan yang penuh dengan makanan. Dia menghilang di balik tirai batu rubi. Dan Tar berjalan mengikutinya. Gnane melompat dan mengejar Rama. Jadi, aku juga ikut masuk ke dalam tirai itu.
Oh, ternyata di balik tirai itu terdapat ruangan yang lebih baik.
Walaupun kursi dan meja makan itu terbuat dari pahatan batu, tetapi ada beludru lembut yang melapisi. Dan ada perapian hangat yang menyala. Jujur saja, hawa di sini cukup dingin.
Rama sudah menata meja makan dengan makanan. Ia menawariku dan kami makan bersama. Kecuali Gnane. Ia hanya mengisap botol yang sangat kecil. Rama menyebutnya madu batu. Karena madu itu keluar dari batu mulia yang berwarna emas.
Rasa gembili panggang sangat aneh namun mengenyangkan walau hanya tiga suap yang masuk ke mulutku. Dan rasa air rempah sangat pedas! Karena itulah, Rama juga memberiku secawan madu batu yang dingin dan manis. Lezat sekali.
Usai makan, Tar membantu Rama membereskan meja. Kau tahu? Tar sangat menyukai sup serangga! Begitu meja bersih, Rama menggelar suatu gulungan yang besar di atas meja.
"Peta rahasia seluruh lorong pertahanan di Argyre."
- to be continued

Jumat, 28 November 2008

Masa Bebas Hampir Berakhir

SleepinBeauty curhat:
Hikz! 2 hari lagi, w ga bakal seneng" lg. Krn, mulai bulan dpn w HARUS fokus ma pelajaran. Ga boleh ga! Pdhl, w lum siap.

Masih tkenang ktika w nobar Narnia 1, Spiderwick Chronicles, Eragon n Shrek The Third d skul. Qt teriak bareng skelas. Ketawa rame"... N bahkan asisten n Pa Musa ikut nntn bentar d jendela.

Ga lagi" cabut stiap Kamis n Jumat gara" kebanykan jam kosong. Ga lagi" k warnet. Duh... Tapi w lum kuat!

Tahan dulu jelajah Gramedia Cijantung, nobar City of Ember ato Twilight. Jauh" dr hp. N w harus fokus ke PELAJARAN! Karena kepsek dah ngancam masalah kelulusan. Dtambah lg, dua hari lagi w PKL! Hikz!

Kenapa ya? Smakin k sni kok smakin males belajar? Kan w dah capek skul. Capek beudz! Kenapa qt ga langsung lulus? W tw tu konyol bgd.

Humphf, n pastinya skul ga bakal ngizinin qt pke internet skul lagi kayak kmrn. Tp kmrn w lumayan puas, ngedekor blog w mpe mabok gara" kelamaan di depan komputer.

Eh, inget beban atu lagi! Wersktuk w lum jadi ni! Herbarium juga lum bikin ma sx. Blum bkin ringkasan wat PKL... Owh... TIDAAAAAKKK!

Gimana dund? N satu hal yg paling bkin w bingung. Kalo w PKL, bsa ga ya nyuri waktu wat bobo???

Kamis, 27 November 2008

Chapter 4: Bangsa Gnome di Argyre

Pria itu menarikku dan menggendongku menuju ke dalam pohon tua yang besar. Tar tampak kebingungan dan ia mulai mengeluarkan suara-suara yang menyebalkan.

Pria itu buru-buru masuk dan menutup pintu kayu besar yang hanya berbentuk bingkai. Wajahnya panik.

Hei, ternyata di dalam pohon tua ini tak seperti yang kau bayangkan. Hanya ada lorong-lorong kecil menuju bawah yang gelap dan kandelir tinggi di atas kepalaku. Apakah manusia setengah peri ini tinggal di tempat aneh yang mirip dengan sarang tikus ini? Konyol sekali.

Tar mengagetkanku karena ia telah masuk ke dalam lorong yang berseberangan dengan pintu. Dan aw!

Pria ini menarik tanganku dan masuk ke dalam lorong yang sangat landai dan curam. Aku terpeleset di dalam lorong gelap. Dan meluncur! Eh, pria tadi sudah tak berada di dekatku lagi. Omong-omong, lorong ini dalam sekali dan aku belum berhenti meluncur.

Jujur saja, menyenangkan sekali. Serasa terbang. Dan, oh... Akhirnya aku menemukan cahaya. Yeah! Walaupun tak begitu terang. Hei, aku berhenti meluncur.

Oh, ternyata pria asing ini yang menangkapku. Hei, apa aku terlalu kecil? Ia mengangkatku di atas kepalanya dan aku melihat Tar mendongakkan kepalaku untuk menatapku. Dan sesuatu yang lebih kecil daripada Tar berdiri di samping Tar.

"Turunkan aku!"

"Ck!" Aku mendengar seseorang berdecak dan pria ini menurunkanku. "Manusia datang lagi kemari?"

Hei! Makhluk itu setinggi jari manisku kurang lebih dan ia menggunakan topi kerucut panjang. Ia yang berbicara! Wajahnya aneh dan berkerut sehingga terkesan tak bersahabat.

"Kau tahu, Rama, manusia yang sebelumnya saja menghilang. Kini kau membawanya lagi? Dan lebih kecil?" raung makhluk kecil itu.

"Hei, siapa yang kecil, Kawan Baru?" semburku kesal.

"Dia akan membantu kita, Gnane! Jangan berburuk sangka dulu. Baiklah Bethari, ini Gnane dari bangsa Gnome."

"Salam kenal, Tuan Kecil!" aku berjongkok dan mengangsurkan kelingkingku. Namun si gnome ini hanya mendelik marah kepadaku. Apa aku salah? Aku membayangkan, ia bisa berbaring di telapak tanganku, bahkan mungkin aku bisa menggenggamnya.

"Nah, Bethari, inilah Argyre, kota pertahanan Perak."

Aku bangun dan memandang takjub nuansa gua yang luas ini! Gua ini tidak gelap. Gua? Sebenarnya aku tak tahu harus menyebut tempat apa ini. Terlalu luas untuk menyebutnya gua. Lagipula, hanya ada lengkung langit-langit tanpa stalagtit yang dihiasi dengan sesuatu yang berkilauan. Ada kandelir kristal yang superbesar di tengah-tengah. Dan ada 3 lorong utama di depan kami. Dinding-dinding batu berwarna kecokelatan namun tidak menghasilkan suasana gelap. Dan ada tanaman-tanaman unik yang menghiasi sebagian dinding. Tahukah?? Tanaman-tanaman merambat itu menghasilkan cahaya berwarna-warni. Daun mereka berkilau. Dan di beberapa sisi terdapat penyangga batu yang tengahnya lebih kurus dibandingkan kedua pangkalnya. Pada penyangga itu terdapat batu-batu permata yang berkilauan.

Takjub bukan main! Segalanya tak pernah terbayangkan dalam hidupku.

"Puas? Bangsaku dibantu Kurcaci yang membangun ini semua," kata Gnane tiba-tiba.

"Orang-orang sekecil kau?" tanyaku tak percaya.

"Makan siang!" Pria itu mengingatkan.

Kami berjalan menghindari ketiga lorong menuju celah sempit.

"Paling kanan, lorong itu akan membawamu ke Akik Labirin. Di tengah, akan membawamu keluar menuju Kerajaan Canangium. Dan paling kiri adalah jalan ke arah Negeri Kurcaci yang terlarang. Semua lorong itu saling berhubungan tepatnya," Pria itu berjalan sambil menjelaskan.

Sepanjang perjalanan, aku memperhatikan berbagai macam berlian yang menempel di dinding dan memancarkan sinar. Ketika kusentuh, rasanya dingin dan lembut.

Celah itu tak begitu sempit lagi. Dan ketika kami keluar dari celah itu, aku melihat teman-teman Gnane yang mirip seperti kerumunan semut. Mereka berhenti berjalan dan memperhatikanku...

Rabu, 26 November 2008

Chapter 3: Racun di Kota Perak


Aku menoleh dan mendapati seorang pria yang sedang duduk di bawah pohon besar yang kutaksir berusia ribuan tahun. Dan... Kau tahu, negeri apa ini sebenarnya? Wajah pria itu tampan sekali. Sempurna. Aku memang masih kecil, tapi aku mengerti mana orang berwajah buruk atau tampan. Ketika aku melihatnya, ia bangkit dari duduknya dan berdiri. Kepalanya menggunakan topi tradisional Jawa dan rambutnya sedikit panjang. Pakaiannya pun berbeda dari pakaian manusia pada umumnya. Ia menggunakan selendang perak dan berpakaian rapat seperti pakaian Cina. Matanya memandang dengan lembut ke arahku dan kini ia sudah berdiri di hadapanku.

"Bethari?" katanya lagi. "Senang akhirnya bertemu denganmu. Kuharap kau baik-baik saja."

Matanya melewatiku begitu saja lalu pandangannya fokus ke arah danau. Lalu ia duduk di tepi. Aku mengikutinya dan menjulurkan tanganku ke arah permukaan danau.

"Jangan, Nak. Kau akan membangunkan para naiad."

Aku diam. Tak menyahut.

"Tidakkah kau bertanya darimana aku tahu namamu?" Ia menatapku dari bayanganku di permukaan danau. Aku terkejut.

"Maksud Anda?" Akhirnya aku bertanya.

"Bethari itu namamu, kan? Kau hilang ingatan ketika Kota Perak menarikmu."

Sekelebat awalnya, bayang-bayang yang menghantuiku. Memasuki pikiranku dan membuatku teringat akan semuanya. Rumahku, kedua orangtuaku, teman-temanku... Aku, seorang anak petani dari desa Kawali yang tiba-tiba tersesat di dunia aneh ini. Seorang anak yang sedang menggembalakan sapi di padang rumput namun tiba-tiba menghilang. Itu aku? Seorang anak yang senang bermain ketika hujan datang dan menanti segarnya air terjun dengan pelangi di curug.

Mataku menangkap orang itu lagi. Bagaimana ia tahu?

"Siapakah Anda? Dan tempat apa ini sebenarnya?" Aku menatapnya langsung ke arah matanya. Namun ia tak membalas tatapanku. Matanya tetap lurus ke depan, seperti sedang berpikir dan tangannya memainkan rumput ungu kemilau.

"Aku? Manusia setengah peri keturunan terakhir. Tidak tanya bagaimana aku bisa tahu? Negeri ini bernama Kota Perak. Dan Parhelion itu yang memberikan pertanda bahwa kau akan datang dan memberi tahu kepadaku, bangsa berdarah peri tentang kau."

"Kenapa mesti aku?" tanyaku tak mengerti.

"Kota Perak yang memilihmu. Sudah menjadi takdirmu. Kau tahu, beberapa tahun yang lalu terjadi musibah besar di Kota Perak. Ada suatu racun yang membuat semua makhluk mati tersebar di seluruh alam. Hanya beberapa yang selamat. Para naiad selamat karena mereka terlindungi oleh air. Gnome juga selamat karena mereka tinggal di dalam tanah. Beberapa hewan selamat dan kebanyakan punah. Menyedihkan sekali saat itu. Seluruh keluargaku meninggal kecuali saudaraku yang aku tak tahu berada di mana. Beberapa kejadian alam memberiku gambaran bahwa sumber racun itu masih aktif dan harus dinonaktifkan. Dan ada suatu kelompok yang mengaktifkan racun itu. Aku tak tahu siapa dan mereka berkeliaran di daerah pegunungan itu. Aku tak bisa ke sana karena racun di sana sangat kuat dan aku melihat seekor tangkasi mati seketika ketika mendekati garis batas pegunungan. Suatu saat, ada seseorang yang masuk ke Kota Perak dan orang itu menghilang. Biar bagaimanapun, kita harus menyelamatkan dia dan dunia ini."

Suatu bunyi mengagetkanku dan ketika aku tahu apa itu, hal itu sangat mengerikan dengan kedua mata cokelat bulat yang besar di antara kepala dan telinga yang seperti kucing.

"Tak perlu khawatir. Hanya sisa tangkasi."

"Bagaimana mereka bisa selamat? Begitu juga Anda."

"Air adalah pelindung kami dari racun itu. Saat itu aku sedang melakukan meditasi di air terjun Agni utara. Juga tangkasi itu. Kami selalu bersama. Namanya Tar. Kemari Tar!" pria itu memanggil tangkasi itu. Hewan yang lucu. Wajahnya mirip sekali kucing, namun ia memiliki kedua tangan dan kaki dengan jari-jari yang panjang. Tubuhnya berwarna coklat keabuan dan ekornya sangat panjang.

"Oh, iya, apa itu Parhelion?"

"Matahari semu yang memberikan gambaran kepada bangsa berdarah peri. Yang kaulihat di utara dan timur."

"Di manakah Anda tinggal selama ini?"

Pria itu memeluk Tar yang tampak senang dan bangkit dari duduknya. Ia menuju ke arah pohon tua itu.

"Di sini."

Pria itu menunjuk sesuatu berbentuk pintu di pohon tua itu.

Ketika mataku menatap ke arah langit, ada sesuatu yang menutupi Parhelion utara. Seperti kabut biru tebal yang terbang perlahan-lahan menutupi langit. Dan suasanapun mulai menggelap. Segalanya berubah dan membuat nuansa tak enak.

"Bethari! Masuk ke dalam sini! Racun itu datang lagi!" pria itu berlari ke arahku...

-to be continued

Senin, 24 November 2008

Chapter 2: Parhelion di Utara dan Timur


Sensasi aneh menyelimutiku. Angin memusingku dalam cahaya kemilauan aurora. Mataku perih. Kantuk... Oh... Kenapa selalu kantuk? Aku tak bisa melihat apapun selain lima warna ajaib yang mengelilingku. Lima warna ajaib yang berpendar. Lima warna ajaib dari aurora.

Anak tangga cemerlang yang kulewati telah melebur dan hilang. Membuatku melayang dan tanganku terentang. Apa yang sebenarnya terjadi? Dapatkah kau menjelaskannya? Kau, lima warna ajaib. Jawab aku.... Hembusan nafasku terasa hangat dan....

Aku jatuh. Tapi tak merasakan benturan. Kepalaku menyentuh sesuatu yang tak menyakitkan. Hidungku menangkap wangi sedap menyegarkan yang tak kukenal. Di manakah aku? Maka, akupun membuka mataku.

Aku tak peduli, kau percaya atau tidak. Rerumputan tak lagi berwarna hijau. Berwarna merah keunguan, Kawan! Dan harumnya menyegarkan. Dan tak jauh, ada sebatang pohon besar berdaun biru. Pohon itu besar sekali seperti telah berumur ribuan tahun. Daunnya lebat sekali. Dan di samping kanan sekitar 5 meter, ada danau besar. Entah itu samudera atau hanya danau. Dan seluas mata memandang, aku melihat berbagai warna dari beragam pepohonan. Di sisi lain ada pegunungan biru yang tinggi sekali dengan puncaknya yang diselimuti salju. Oh... Dunia apa ini?

Perasaanku tak menentu. Kagum, penasaran dan takut. Aku bangun dan bergerak menuju danau-atau laut. Luar biasa! Airnya jernih sekali. Aku bisa melihat diriku sendiri yang cukup berantakan. Dan...

Danau itu cemerlang sekali. Ada tiga pantulan cahaya matahari di permukaan air. Membuat permainan beragam warna yang tak pernah kulihat sebelumnya. Perpaduan yang indah sekali.

Aku mendongakkan kepala dan menemukan keajaiban lain! Pantulan tiga matahari itu bukanlah hanya sekedar pantulan. Tapi nyata! Adakah 3 matahari di dunia asalku?

Mataku kembali menatap takjub ke arah danau. Dan hei! Ada bayangan orang lain di sampingku. Di permukaan air yang tenang itu. Bayangan seorang wanita yang sedang menatapku.

"Matahari yang sesungguhnya adalah di sebelah kananmu. Barat." Suara itu bening dan lembut sekali.

Secara perlahan tapi pasti, aku menatapnya.

Dia... Wanita tercantik yang pernah kulihat. Rambutnya mencapai tanah, hitam legam dan berkilau. Wajahnya cerah. Dia tinggi dan lebih tinggi dari para wanita dewasa umumnya. Pakaiannya indah, rapi, dan aku tak bisa melihat kulitnya selain wajahnya. Matanya hitam sempurna. Dan ia tersenyum padaku.

"Si-siapa kau?" aku tergagap. Ia menelengkan kepalanya dengan anggun.

"Pesanku, jangan mudah tertarik oleh semua tipuan ini. Lihatlah Parhelion di utara dan timur. Itulah suatu pertanda yang akan membahayakan kita semua. Dirimu dan duniaku. Karena sesuatu yang jahat telah bergerak."

Belum sempat aku berkedip. Belum sempat aku bertanya, ia pergi. Membuat nuansa magis yang menyeramkan. Angin panas yang terasa asing membuatku ketakutan. Dan otakku bertanya, apakah Parhelion itu?

Oh! Aku sendirian! Berdiri di tempat asing yang menyeramkan dengan tiga matahari. Di tempat konyol ini. Indah memang, tapi aneh dan menyeramkan. Rasanya aku ingin marah. Siapakah yang telah membawaku ke tempat ini? Apa tujuannya? Siapakah aku ini? Dan darimana asalku? Mengapa harus aku? Mengapa sendirian? Mengapa?! Takdirku kah?

"AKU INGIN PULANG!!!" jeritku berusaha untuk sekencang"nya. Dan aku bisa mendengar suaraku yang menggema.

Plung! Seseorang melempar sesuatu ke dalam danau. Airnya beriak dan aku melihat suatu benda itu jatuh ke dasar danau yang dangkal dan indah.

"Tak perlu berteriak," ujar seseorang ramah. Dan kali ini seorang pria. "Aku sudah menunggumu."

-to be continued

Awas 'Itu' Lo Sobek!

Waktu tu, pelajaran serologi praktek, abis dijelasin sbelum ke lab, guru w muterin video iklan yg gokil beud. Video iklan minuman dr luar tp w lupa merkny.

"Pesan dari video ini adalah jangan sombong."

Video pun dimulai dgn adegan yg blatar d kolam renang n d musim panas. Ada 2 ce yg lagi bjemur, trus ada co yg nyamperin. Co itu joged" ga jelas beud deh. Tp kocak. K2 ce tu cma saling pandang n senyum bingung. W kan ga ngerti tuh maksudny paan.

Nah, abis tu, c cowok tu k papan loncat yg da d tepi kolam renang tu. Nah, w ngerti. Tnyta c co tu pngen pamer lompat indah pke gaya cool. N sblum dy lompat, d joged" dlu d atas papan tu. K2 ce yg lg bjemur ketawa n salah satuny ngeluarin cermin n mainin cermin tu.

C co ganjen tu pun silau. N karena silau tu dy kpeleset n CDny nyangkut di papan loncat. Krna ga tahan beban berat, CDny sobek n dy nyemplung k kolam renang tsb {tanpa sehelai benangpun}. Tapi jgn negative thinking y k w.

Sejak saat tu, kalo ada tmen yg sombong, pasti bakal ada yg bilang, "Ntar itu lo sobek lho."

N w ga ngerti ma tmen" w. Masa w dbilang sombong cma karena w iklan ttg blog w k nak" skelas. Apa itu salah? Apa itu sombong? Asal kalian tw {wat yg bilang w sombong}, w ga rela ni, sakit hati! Dalem beudz! Hikz! {mpe nangis darah lho}

N td siang, w bahagia sekali karena pelajaran trakhr guruny ga dateng. Jd, qt skelas pd latihan senam deh. Kan besok da ujian senam tuh.

Oke. Kelompok C yg ptama. N w tmsuk klmpk c. Jujur ja, w ga apal urutan senamny tuh. Tp w bsa iktin. N ada gerakan tertntu yg w males ikutin. Nah, dgerakan yg bikin w males tu, w cma ngikutin 1 x itungan. Kan biasany, kalo senam ngitungny 8x tuh. Dan pa tu salah juga? Masa w dbilang sombong lagi. Cma karena w males ngikutin 8 x itungan. Konyol beud kan? N ada tmen w yg rese, yg slalu nyumpahin w, "itu lo robek lho!". Karena w dongkol ma dy, n w ingt guru biologi w manggil dy Pantat Kuali, supaya lbh alus lagi w panggil dy 'The Bottom of Cauldron'.

Ternyata dy jg dongkol w panggil gtu. Tp mash mbil ketawa-ketawa koq. N ketua kelas boleh ngizinin qta pulang. Bagus. Tapi, pas d dpn papan pengumuman, w mw kasih phitungan wat c Pantat Kuali. N pas w lagi nungguin dy, tmen w yg ndut, narik lengan jas almamater w {stiap Senin, siswa d skul w pd pke jas almamater wat upacara}. Karena w lemah, kurus, n tak btenaga, w ketarik ma dy. N tw ga? Bagian belakang alma w robek. Anjridh! Diketawain ma bocah" skelas w. Pak Heri jg ikut ngetawain w lagi. Sial beudz! Beuh, jd smerah tomat muka w. Sial! Sial! Mana c Pantat Kuali puas beudz ngetawain w.

Untungny, yg robek bukan bagian yg memalukan. N seenggakny aurat w tetep tertutup.

Tapi w ga rela. W kan ga sombong!

Minggu, 23 November 2008

Chapter 1: Aurora di Tengah Padang


Entah
hari ini serasa malam
gelap
pekat
dingin
senyap

Aku yang seorang diri
berbaring di atas rumput yang basah
Tak ingat
hujankah tadi?
Semilir angin menyapu wajahku
Membentuk kantuk yang tak tertahan
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Entah
Maka, kupejamkan mataku
Teringat
bahwa aku memang hidup sendiri
Aku
yang begitu kecil, polos...
Ya, kau benar
Aku hanyalah seorang anak perempuan kecil
Dan tak mengenal keluarga
Ketika mataku terpejam
hidungku menangkap harumnya bunga pukul empat
Sorekah saat ini?
Entah
Adakah yang tau?
Siapapun kau.
Pohon
rumput
angin
awan
kenanga
di manakah aku?
Dan siapakah aku?
Mataku masih terpejam
rasanya aku terbaring di tengah padang yang tak berakhir
Aku terdampar
Dan mataku terbuka
Oh...
Mimpikah?
Apakah yang kulihat benar-benar nyata?
Di antara rerumputan segar tanpa salju
Di antara udara yang sejuk
Di antara kehangatan alam yang tak kukenal
Benarkah?
Aurora perak, merah, hijau, ungu, biru
berpendar dengan indahnya di ujung timur
Apakah benar yang kulihat?
Di langit
tak ada bulan
tak ada bintang
tak ada awan
hanya ada langit gelap bersih
Tapi
Nyatakah aurora itu?
Semakin dekat dan dekat
Lebih dekat lagi
Aku bisa
Aku bisa mencapainya
Aurora itu menjemputku
Membawaku
Membentuk anak tangga berkilauan bagai permata
Mengajakku pergi
Dan aku pergi
Masuk ke dalam cahaya yang indah berpendar
berkelap kelip
cemerlang
indah yang luar biasa
Aurora itu
Kantuk
Ia datang lagi
datang...

Sabtu, 22 November 2008

Sopir Angkot Ngamuk

Hampir stiap sabtu adlh hr yg ckup menyenangkan wat w. Kenapa? Karena w pulang dr asrama ato mes tp bkn kost. Tmasuk Sabtu ni.

Sayang, bbrp hr lalu pas w tlpn nyokap w, tnyta ada kabar kalo ade n bokap w sakit. Ya Allah, smg mrka udah baikan.

W kangen beudz ma keluarga cz udh smggu ga ktmu {mang c udah biasa}. Pasti ibuq tcinta capek bgd ngurusin ayah n adikq.

Sbnrny w dah balik dr jam stgh 4, tp beres" dlu d mez. Abs tu, w jalan kaki k dpn wat naik angkot. Untgny ktmu ma 3 classmates w. Snggakny ga sendirian. Trz, naik angkot deh. Sbnerny jalan jg bsa k p3aan t4 angkt T16 ngetem, tp tlanjur males n capek, w naik T15 ja deh.

W bsyukur T16 udah ngetem. Jd w ga perlu nungguin. W liat jam. Ouh, jam 5. Kelamaan d mez ni. Dan kykny w ksorean. Daerah jalan jambore pasti macet dr dpn KPAD mpe dpn POPKI. Humphf...

Awalny, w nyante ja. Lum mulai macet. Pas da pnumpang yg trun d dpn gang kecil KPAD, ouh, bneran kan. Macet! En tw ga? Et dah, sopir angkt yg w tumpangin ngamuk. Pas w lg ngpost ni, dy malah keluar dr mobil n bdiri d tengah jalan {pikir w, kykny ni orang agak sarap gara" setoran dikit ni}.

Tw ga ngamukny knp? Gara" ada motor yg nglakson. N dy kira tu motor mw nyalip angkot yg w tumpangin. Pdhl kan lum tentu. Dy malah teriak", 'Berisik banget si lo! Tau macet juga! Terbang aja sna! ***' Tmasuk kata" kotor yg ga enak bgd d dngr. W perhatiin expresi pnumpang lain, langsung pd BT. Ih, nyesel w naik angkt ni.

N mobil d dpn angkt pun mulai bjalan pelan. Tp pasti. Tp kq, angkot w ga jalan" y? Eh, tnyta sopir angkt ni mang stres. Dy tidur. N w phatiin lg tampang para penumpang. Jangankan yg lain, w ja dongkol makany mpe ngpost ni. Nah, apalagi org yg ikt macet d blkng angkt ni y. Mrka nglakson lg. Eh, si supir malah uring"an. Ngedumel mulu... Buset dah. Tw ga? Ampe penumpang yg duduk d sampingny turun.
Ck ck ck...

Untgny Allah masih ngasih kesabaran shg w msh tahan stay d angkot gila ni. Mana macetny semrawut bgd. N ditambah lg, oh tidak! W bru inget kalo bsk w tetep masuk skul jam stgh 8 pagi. Beuh... Capek sangadh deh.

Eh, si sopirny ngedumel lg. O iy, inget Petualangan Sherina? Inget yg nyulik Sadam? C Butet Kertaradjasa? Si sopir make topi kyk dy lho...

Alryte, krn udah mw magrib n macet ga kelar". N w dah mabok. N w kesel ngdenger c sopir ngdumel, udah dlu y. Doakan saja w mpe humz dgn selamat. N ayah n adek w udah sembuh. Amin...
Kalo ada inspirasi, ada cerita khusus dari Sleeping Beauty. Aduh, sial mang ni sopir, bikin w ngedumel mulu. Ya udah deh. See ya all later!

Jumat, 21 November 2008

This Age.. Oupz!

Halo Kauand...
Ini Sleeping Beauty [sok narsis bgd y], salam kenal y...
Well, mw crita dulu deh, tapi bingung mw celoteh apa.
Hmm...
Hmm...
Hmm...
Let me to think.
Hmm...
Don't disturb!
Hmm...
Alryte!
Yeah, I realize my inspiration doesnt come yet.
Tp, w pny kisah ni... Hasil khayalan c...
Oke, gini, diantara sekian banyak imajinasi yg prnh w khayalin, ada satu yg masih mlekat.
Pernah tbayangkan ga dalam benak kalian bgimana jadiny nasib generasi muda [generasi kita ato generasi w] nanti?
Bukan sok tua, kadang kpikiran duan. Termasuk diri w ndiri. W ngrasa, makin k sni, zaman smkn nyeremin.
Apa jadiny kita kalo stiap sore dcekokin ma acra" kyk Lemon Tea d SCTV? Sinetron remaja yg cengeng n ga bmutu, bbagai pornografi, games, have fun, n berbagai hal yg cuma buang" duit pcuma ga da gunany.
Bukan muna c, w mang ga begitu demen ma TV. O y, ada ga c acra TV yg bmutu? Bwt kita khususny?
Masa cuma sinetron cengeng yg ga penting beud?
Ada ga c inovatif bwt bkin acr pnuntun, gimana carany bsosialisasi d lingkungan spy ga tjerumus k hal" yg brbhya?
OK, forget it.
Hmmm...
Jujur aja, w muak ma acra TV yg gitu" aja. N w kesel denger ade w yg msh kelas 1 SD nyanyiin lagu orang dewasa. Ga pantes bgd! Mang zaman skrg ga da lagu anak" lagi y? Humphf...
Duh, w bingung mw ngomong pa lagi. Ngantuk udah mulai nyerang ni. Maklum, lalat tse tse ga mw jauh" dr w jadi kena sleepin' sickness deh.
Hoaaaaaaahhhemmmm...
Nguapny lebar beud lho.
Eh, sleepin' sickness? Ga ga! Salah! Maklum ngantuk.
Ok, buds! Tinggalin komen y.
O iy, salam manis beud dr c SlBy! Bye!