Sabtu, 29 November 2008

Chapter 5: Gembili Panggang dan Madu Batu

Para gnome menatapku dan membuatku salah tingkah.
Aku malu sekali. Tapi wajah kota para Gnome ini membuatku terpana. Di setiap dinding batu kapur, ada ukiran seperti relief candi dan ada ukiran berbentuk tangga. Mataku menangkap beberapa gnome yang sedang mendaki ukiran tangga. Dan aku mengerti, mereka tinggal di dalam dinding batu kapur.
Nguuung!
Hei, ada lempeng logam tipis dengan kaca berbentuk balok di atasnya. Di dalam kaca itu ada beberapa gnome dan mereka menatapku. Kau tahu, lempengan logam berkaca itu terbang! Sepertinya itu alat transportasi mereka. Tak hanya satu. Banyak lempengan logam berkaca lainnya yang terbang tepat di depan telingaku!
Tar mengagetkanku ketika ia menyentuh kakiku yang telanjang. Oh, aku merasa asing sekali. Pria itu berjalan di hadapanku dan Gnane... Hei! Aku tak bisa membedakannya dengan yang lain.
Tahukah kau? Di lantai tempat aku berpijak banyak tumbuh tanaman sejenis jamur besar seperti payung yang berkilau berwarna-warni. Dan di antara jamur-jamur itu banyak berkeliaranlah para gnome. Menakjubkan sekali! Suara para Gnome tak terdengar. Mungkin karena mereka bingung aku ini siapa.
Dari sekian banyak celah di daerah lapang ini, pria yang belum kutahu namanya ini berbelok ke arah celah kiri. Di sini, ternyata celah lebih besar seukuran manusia normal. Dan di ujung celah terdapat pintu balok.
Hiruk-pikuk para Gnome tak terdengar lagi. Dan pria itu mengajakku masuk ke balik pintu balok.
"Inilah rumahku yang sebenarnya," katanya.
Bisakah kau bayangkan rumah yang berbentuk dari batu yang dilubangi? Yeah, sudah kuduga tak ada tempat yang empuk. Kursi dan mejanya dari batu yang dipahat, begitu juga dengan dua tempat tidur di sisi lainnya. Apakah aku akan bisa tidur di tempat seperti ini? Di pondokku lebih baik meski harus tidur di atas tikar dan bantal. Dan di sisi lain, ada celah gelap. Sebenarnya rumah pria ini hanya diterangi oleh 3 obor yang menempel di dinding.
"Maaf?" selaku begitu ia menutup pintunya. "Anda belum menyebutkan nama Anda."
"Hei! Dasar anak muda yang tuli! Namanya Rama. Aku sudah menyebutnya tadi," kata makhluk menyebalkan itu. Yeah tanpa kuberitahu namanya kau juga dapat menerkanya. Dia duduk di atas dinding batu yang menonjol.
Namun, dalam hatiku kini aku paham. Jadi, namanya Rama. Tar kembali manja padanya.
"Nah, Bethari, saatnya makan siang. Aku sudah memasak cukup banyak makanan hari ini." Rama memasuki celah gelap.
"Kau tahu, Nak?" tanya Gnane lagi. Aku melihat Tar yang secara diam-diam berjalan menuju celah gelap. "Kau di sini untuk menjemput satu bangsamu yang telah sembrono masuk ke wilayah kekuasaan kami."
Kini mataku langsung menatap Gnane yang sedang merapikan topi kerucutnya. "Apa maksudmu?"
"Asal kau tahu. Aku lupa sudah berapa lama kejadian itu. Ada seorang bocah laki-laki yang masuk kemari. Dia bangsamu! Ketika waktu istirahat tiba, bocah itu pergi entah ke mana. Dan beberapa waktu setelah perginya bocah itu, terjadi kematian di permukaan tanah dan racun menyebar. Tapi, tak lama datang lagi manusia yang masuk. Namun hanya sedikit gnome yang melihatnya. Aku sendiri tak melihatnya karena kabar tentang kedatangannya menyebar setelah dia menghilang. Kami sudah mencarinya tapi tak menemukannya..."
Ada apa ini sebenarnya? Aku tak mengerti sama sekali.
"Makanan datang. Hari ini ada gembili panggang dan air rempah."
Rama datang dengan membawa nampan yang penuh dengan makanan. Dia menghilang di balik tirai batu rubi. Dan Tar berjalan mengikutinya. Gnane melompat dan mengejar Rama. Jadi, aku juga ikut masuk ke dalam tirai itu.
Oh, ternyata di balik tirai itu terdapat ruangan yang lebih baik.
Walaupun kursi dan meja makan itu terbuat dari pahatan batu, tetapi ada beludru lembut yang melapisi. Dan ada perapian hangat yang menyala. Jujur saja, hawa di sini cukup dingin.
Rama sudah menata meja makan dengan makanan. Ia menawariku dan kami makan bersama. Kecuali Gnane. Ia hanya mengisap botol yang sangat kecil. Rama menyebutnya madu batu. Karena madu itu keluar dari batu mulia yang berwarna emas.
Rasa gembili panggang sangat aneh namun mengenyangkan walau hanya tiga suap yang masuk ke mulutku. Dan rasa air rempah sangat pedas! Karena itulah, Rama juga memberiku secawan madu batu yang dingin dan manis. Lezat sekali.
Usai makan, Tar membantu Rama membereskan meja. Kau tahu? Tar sangat menyukai sup serangga! Begitu meja bersih, Rama menggelar suatu gulungan yang besar di atas meja.
"Peta rahasia seluruh lorong pertahanan di Argyre."
- to be continued

Tidak ada komentar: