Sabtu, 29 November 2008

Chapter 6: Dua Setan Antara Canangium dan Labirin Akik

Rama menggelar gulungan kertas lusuh yang lebar. Lalu ia mengambil tongkat kecil dan menjelaskan peta itu. Peta itu tampak sangat rumit dan seperti Labirin.
"Nah, peta ini adalah peta bangsa Gnome dan Kurcaci. Sebenarnya, selain mereka tidak diizinkan menyentuh peta ini. Karena racun terus mengancam dan mereka tahu kemampuan interaksiku dengan Parhelion, maka mereka mengizinkanku dan kau untuk melihatnya."
"Apa hubungannya denganku?"
"Karena kau, Bethari, akan membantuku. Kita harus memusnahkan racun itu. Baik! Sekarang perhatikan peta!"
Tar tidak memperhatikan. Ia malah bermain sesuatu yang tak kumengerti. Gnane mengangkat tubuh Tar! Konyol sekali. Tubuh Tar saja 10x tubuh Gnane.
"Ini," Rama menunjuk tiga gambar lorong yang pertama kali kulihat begitu aku berhenti meluncur. "Seperti yang sudah kukatakan tadi. Ini adalah tiga lorong utama. Sebelah sini," Tongkat penunjuk Rama menari di lorong utama sebelah kanan.
"Labirin Akik," selaku. "Aku masih ingat kok. Yang tengah menuju keluar ke Canangium. Yang paling kanan lorong terlarang karena menuju wilayah para kurcaci."
Rama tersenyum puas sambil menatapku. Lalu ia melanjutkan menjelaskan. "Tapi... Semua lorong ini saling berhubungan. Dan jika kau menuju Canangium tapi kau tersesat di sini," Rama menekankan pada daerah yang lorongnya membentuk simpang sepuluh. "Kau bisa salah jalan. Dan di daerah ini," Tongkat penunjuk menekankan garis tipis berbentuk angka delapan di antara Labirin Akik dan Canangium, "Daerah paling berbahaya dan paling panas karena dekat dengan perut bumi. Dan di sana semua lahan berbentuk tebing yang sangat curam. Mereka menyebut daerah ini dengan Dua Setan."
"Bagaimana kita bisa keluar jika semua lorong seperti ini?" tanyaku yang mulai ketakutan. "Kita tidak bisa tinggal di daerah ini terus. Aku mau melihat matahari."
Gnane berhenti bermain dengan Tar.
"Hei, aku tahu satu lorong yang sangat rahasia. Dan lorong itu langsung menuju wilayah Danau Bening tempat para Naiad. Tapi rahasia!"
"Tak perlu bilang kalau kau tak mau memberi tahu!" geramku.
"Dan, Bethari, ada lorong darurat yang akan membawamu langsung ke Canangium. Di belakang perapian itu. Hanya saja, ada segerombol Kurcaci usil di sana."
Rama menunjukkan satu garis tebal yang lurus dari simbol obor ke arah simbol matahari.
"Sebenarnya aku tak begitu mengerti jalur lorong-lorong ini. Aku baru saja mendapatkan peta ini dari Ketua Gnome ketika Parhelion memberitahuku. Jadi, jangan berkelian tanpa Gnane. Karena dia adalah pemandu kita."
Apa? Aku melirik kesal ke arah Gnane yang tersenyum puas. Kau tahu? Wajah Gnane sangat buruk!
"Nah, tujuan kita adalah keluar menuju Canangium yang berada di balik pegunungan beracun. Lalu menghancurkan sumber racun itu," terang Rama.
"Apa kau yakin sumber racun itu ada di pegunungan?" tanya Gnane yang ragu-ragu.
"Belum tahu pasti. Aku melihat sumber racun itu dari arah sana."
Rama menggulung gulungan peta dan menyimpan peta itu dalam tabung bambu merah yang berlukis ukiran batik yang penuh dengan seni. Lalu ia menyimpan tabung itu di dalam ceruk dinding yang ada sekat penguncinya.
Gnane dan Tar kembali bermain. Kali ini mereka masuk ke dalam celah tempat Rama mengambil makanan.
Hei! Aku teringat sesuatu.
"Kak Rama, aku baru ingat. Ketika aku baru tiba di kota Perak, ada seorang perempuan tinggi. Dia sempat memberiku peringatan. Setelah itu dia menghilang. Apa Anda tahu siapa dia?"
Rama kaget dan menatapku tajam.

1 komentar:

dhIe pInE's yUna mengatakan...

Canan9ium bkan'a name latin'a kanan9a yua?
Kuk jdi setan
* bnun n tak tau apa2 *