Jumat, 05 Desember 2008

Chapter 12: Tamu Misterius

"Kau tak mengenalnya?" tanyaku heran. Dan Yudha hanya menggelengkan kepalanya.

Garuda mulai terbang rendah. Dan ternyata kami kembali ke kota para Gnome. Aku melihat Yudha memejamkan mata.

Kami melewati celah dan tiba di depan... Oh! Rama, Tar, dan Gnane sudah berdiri di depan pintu rumah Rama. Mereka menatap kami.

Dan dengan pelan sekali, Garuda mendarat. Sebenarnya aku bersyukur Garuda ini baik. Tapi aku takut sekali menghadapi Rama. Apa yang harus kukatakan kepadanya? Setelah kami turun, Rama berkata kepada Garuda itu dengan bahasa yang tak kumengerti. Mata garuda itu melirik kami.

"Terima kasih," kataku sambil tersenyum. Seolah mengerti, burung itu mengangguk kemudian terbang.

"Aha!" kata suara yang menyebalkan. "Bocah itu!" Ia menunjuk Yudha.

Tiba-tiba Yudha jatuh dan muntah. Muntahannya hanya berupa cairan kuning. Wajahnya sangat pucat. Rama buru-buru menolongnya berdiri. Lalu ia menggendong Yudha yang sudah tak berdaya. Mata Rama melirikku tajam seolah memusuhiku.

"Masuk!" katanya dingin. "Ada yang perlu kita bicarakan."

Lalu Rama dan Tar menghilang di balik pintu. Perasaanku tak menentu dan takut sekali. Apakah Rama akan menghukumku?

"Apalagi yang kau tunggu?" tanya Gnane menyadarkanku. Dia sudah berada di pintu. Aku masuk dan menutup pintu. "Rama marah besar, kau tahu."

Ia menatapku. Membuat perasaanku semakin takut.

"Dengar, baik permukaan tanah ataupun bawah tanah sedang dalam bahaya. Tidakkah kau takut?" tanya Gnane. Kali ini aku mendengar suaranya jauh lebih menyenangkan.

Tanpa ragu, aku menceritakan apa yang telah terjadi kepada Gnane. Ia mendengarkanku dengan baik.

"Nah, itulah. Untung Rama menyuruh Garuda miliknya untuk mencarimu."

Tiba-tiba Rama datang dengan Tar. Yudha sudah tak bersamanya lagi. Sementara Gnane masuk ke dalam lorong gelap.

Aku memandang Rama takut-takut. "Dengar Bethari, kuharap ini yang pertama dan terakhir kalinya. Kau mengerti? Jangan berkeliaran tanpa sepengetahuanku dan Gnane. Camkan itu baik-baik!" suara Rama kali ini sangat tegas dan berbeda sekali dengan ketika ia membentakku terakhir kali.

"Maafkan aku, Kak."

Rama belum memberikan senyumnya untukku. "Tapi aku tak mengelak untuk berterima kasih kepadamu. Kau telah menyelamatkan Yudha."

Tanpa kami duga, Gnane muncul lagi dengan wajah panik.

"Rama, racun telah berhasil masuk ke wilayah Kurcaci. Tak hanya racun. Ada serangan dari pasukan yang mereka sebut pasukan logam. Kita harus bertindak cepat!" kata Gnane cepat karena panik.

"Dari mana kau tahu?" selidik Rama.

"Teman kurcaciku, Geni mengabariku baru saja. Dan ternyata, tanpa kita ketahui, kelompok Kurcaci telah melakukan penelitian terhadap racun itu dan mereka sudah tahu racun jenis apa dan penangkalnya. Mereka menyebut nama mereka dengan Fak Tiga."

Aku memperhatikan ekspresi Rama yang bingung.

"Kita harus bertemu dengan Fak Tiga," tambah Gnane.

Tiba-tiba, ada sesuatu yang mengagetkan. Seseorang membuka pintu rumah Rama...

-to be continued

Tidak ada komentar: